Beragam corak lukisan kulit kayu yang dibuat masyarakat (foto:Keken/detikTravel)

    detikTravel Community - Masyarakat Asei Besar tinggal di salah satu pulau di tengah Danau Sentani. Mereka terkenal ahli membuat kerajinan tangan berupa lukisan kulit kayu dengan berbagai pola dan filosofi. Keren!

Lukisan-lukisan indah ini digambar di atas lembaran kulit kayu khombouw atau yang disebut malo. Awalnya, kayu khombouw dipotong dan diambil kulit luarnya lalu dipipihkan dan dijemur di atas batu, kemudian baru dilukis. Dulu, warna pada lukisan kulit kayu dihasilkan dari pewarna alami seperti tumbuhan dan buah, namun kini digantikan dengan cat pewarna buatan.

Melukis di atas lembaran kulit kayu merupakan tradisi masyarakat Asei Besar sejak tahun 1600-an pada masa invasi Portugis. Awalnya, kulit kayu tidak dijadikan benda pajangan, melainkan dikenakan sebagai pakaian.



Bagi raja dan para pejabat, pakaian dari kulit kayunya diberi lukisan tertentu. Sedangkan bagi masyarakat, kebanyakan kulit kayunya tidak dilukis atau polos saja. Seiring berjalannya waktu, banyak baju-baju ini yang dibawa oleh orang-orang Portugis ke negaranya dan dipajang di museum serta ditulis dalam sebuah buku.

Barulah pada tahun 1974, masyarakat membuat kerajinan kulit kayu sebagai lukisan. Motifnya bermacam-macam, mulai dari motif asli seperti motif Rasyim Rale (motif yang diciptakan oleh rezim Rasyim), Hak Balu (motif karang), hingga Kheika atau motif pengembangan. Â

Menurut Corry Ahee, Kepala kampung Asei Besar, motif-motif ini memiliki filosofinya masing-masing. Tidak ada motif yang dibuat tanpa maksud, namun setiap motif merupakan representasi dari aktifitas maupun kepercayaan masyarakat Asei Besar.

"Motif Hak Balu itu motif karang, filosofinya karang itu adalah tempat berlindung bagi ikan-ikan. Nah, jadi kita membuat lukisan dengan motif itu agar selalu merasa aman di bawah perlindungan. Biasanya, motif seperti ini dipakai oleh puteri Raja Asei," ujar Pak Corry.

Keterampilan masyarakat Asei Besar dalam membuat lukisan kulit kayu tidak disia-siakan. Setiap kepala keluarga boleh membuat lukisan kemudian menjualnya di depan rumah setiap kali ada tamu yang datang. Biasanya, lukisan-lukisan ini dijual seharga Rp 5.000 hingga Rp 500 ribu per potong tergantung ukurannya.

"Ada juga motif yang merepresentasikan perempuan. Jadi dia bentuknya menyerupai perangkat lunak perempuan yang menggambarkan kelembutan dan kepekaan," tambahnya.

Bagi anda yang berkunjung ke Papua namun tidak sempat mampir di Kampung Asei Besar, anda bisa membeli lukisan kulit kayu di toko-toko souvenir di Jayapura. Selain sama-sama asli, harganya pun tidak jauh berbeda dengan harga di Kampung Asei Besar. Siapkan uang banyak karena pasti Anda ingin membeli semua lukisan indah ini!


Sumber:  detik.com